REAKSI SAPONIFIKASI
Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasikan dari reaksi
lemak atau minyak dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam monovalen
dari asam karboksilat dengan rumus umunya RCOOM, R adalah rantai
lurus (alifatis) panjang dengan jumlah atom C bervariasi, yaitu
antara C12 – C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali atau ion amonium.
Sabun
adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan,
Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah
dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga sudah meluas, terutama pada
srana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan air, sabun secara
efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di
negara berkembang, detergen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat
bantu mencuci atau membersihkan.
Banyak
sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang apat
diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (“seperti
antrium atau kalium hidroksida) pada suhu 800-100oC
melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis
oleh basa , menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional , alkalo
yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan , atau
dari arang kayu. Sabun dapat pula dibuat dari minyak tumbuhan seperti minyak zaitun.
Sifat-Sifat Sabun
1. Viskositas
Setelah minyak atau
lemak disaponifikasikan dengan alkali, maka akan dihasilkan sabun yang memiliki
viskositas yang lebih besar daripada minyak atau alkali . Pada suhu di atas 750C
viskositas sabun tidak dapat mengikat secara signifikan, tapi di bawah suhu 750C
viskositasnya dapat meningkatkan secara cepat. Viskositas sabun tergantung pada
temperatur sabun ddan komposisi minyak atau lemak dicampurkan
2. Sabun
bersifat basa , sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga
akan dihidrolisis parsial oleh aor. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat
basa
CH3 (CH2)16COONa
+ H2O→CH3(CH2)16COOH + NaOH
3. Sabun
menghasilkan buih atau busa . Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan
menghasilkan buih , peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal
ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air
mengendap
CH3(CH2)16COONa
+ CaSO4 →Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
4. Sabun
mempunyai sifat membersihkan . Sifat ini disebabkan proses kimia koloid , sabun
(garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat
plar
maupun non polar,
karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai
rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak
sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat
organik sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat
hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.
Saponifikasi
Saponifikasi
adalah reaksi hidrolisis antara basa-basa alkali dengan asam lemak yang akan
dihasilkan gliserol dan garam yang disebut sebgai sabun. Asam lemak yang
digunakan yaiut asam lemak tak jenuh, karena memiliki paling sedikit satu
ikatan ganda antara atom-atom carbon penyusunnya dan bersifat kurang stabil
sehingga mudah bereaksi dengan unsur lain. Basa alkali yang digunaka yaitu
basa-basa yang menghasilka garam basa lemah seperti NaOH, KOH, NH4OH,
K2CO3 dan lainnya.
Adapun mekanisme
reaksinya adalah :
Mekanisme reaksi yang
terjadi :
REAKSI
WALDEN
Untuk membuktikan adanya inversi konfigurasi pada reaksi SN2
yaitu dengan menggunakan substrat yang bersifat aktif optik. Inversi
konfigurasi inidisebut inversi Walden, sebagai penghormatan terhadap
Walden atas jasanyadalam melakukan observasi yang intensif yang mengungkapkan
adanya fenomenatersebut. Contoh yang digunakan oleh Walden untuk membuktikan
terjadinyainversi konfigurasi pada reaksi SN2 ini adalah reaksi antara (+)-asam
malat dengantionil klorida (SOCl2) yang menghasilkan (+)-asam klorosuksinat,
sedangkan bila(+)-asam malat direaksikan dengan PCl5 ternyata menghasilkan
(-)-asamklorosuksinat.
Salah satu hasil reaksi di atas, mengalami inversi
konfigurasi dan yang lain mengalami retensi konfigurasi. Yang menjadi masalah
adalah hasil yang manakahyang mengalami retensi konfigurasi dan yang
manakah yang mengalami inversikonfigurasi. Dalam hal ini sulit ditentukan
karena rotasi tidak selalu berhubungandengan konfigurasi, dalam arti bahwa
senyawa yang konfigurasinya serupa tidakharus mempunyai rotasi dengan arah yang
sama.
Contoh lain yang
diamati Walden adalah reaksi antara (+)-asam klorosuksinatdengan KOH dan Ag2O.
Reaksi KOH dengan senyawa (+)-asam klorosuksinat ternyata
diperolehsenyawa aktif optik yang merupakan enantiomernya, sedangkan reaksinya
dengan Ag2O menghasilkan (+)-asam malat. Terjadinya inversi pada konfigurasi
padareaksi SN2 ini juga ditunjukkan oleh reaksi antara (R)-2-bromooktana dengan
ionhidroksida OH¯ yang menghasilkan (S)-2-oktanol dengan persamaan reaksi :
Inversi konfigurasi dapat
terjadi dalam reaksi diatas, di mana terlihat bahwa gugus OH¯ tidak menempati posisi yang sebelumnya diduduki oleh Br.
Dapat dikatakan bahwa alkohol yang terbentuk yaitu 2-oktanol mempunyai konfigurasi
yang berlawanan dengan 2-bromooktana. Inversi konfigurasi artinya suatu reaksi
yang menghasilkan senyawa dengan konfigurasi yang berlawanan dengan konfigurasi
reaktan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar